Sabtu, Mei 21, 2016 0 komentar

Terbaliknya Sang Merah Putih dan Ukiran Makna Kebangkitan Nasional


Ini Ceritaku...!
Terbaliknya pengibaran bendera merah putih pada upacara peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-108 pada Jumat, 20 Mei 2016 di halaman Kantor Walikota Bontang sudah dapat dipastikan akan menjadi berita bagi pembuat berita, maupun pembaruan status di media-media sosial. Pada saat tulisan ini dibuat, salah satu situs berita online, klikbontang.com sudah memuatnya sebagai berita dengan judul "Upacara Harkitnas, Bendera Merah Putih Terbalik".
Bukan hanya terbalik, walaupun insiden ini segera diperbaiki dengan didahului oleh instruksi komandan upacara kepada peserta upacara untuk balik kanan, pengibaran bendera pun tidak sampai di puncak tiang bendera sehingga mengundang lagi celetuk beberapa peserta upacara.
Bendera Terbaik, klikbontang.com
Tidak cukup sampai di situ, walaupun tidak banyak yang menyadari, pada saat Walikota Bontang, Ibu Neni Moerniaeni membacakan sambutan Menteri Komunikasi dan Informatika, terjadi kesalahan penyebutan tahun kelahiran Sumpah Pemuda yang seharusnya tahun 1928 tetapi dibaca Sembilan Belas Delapan Dua (1982). Kesalahan berikutnya ketika menyebut panjang garis pantai Indonesia 99.093 km persegi. Seingat saya pada pelajaran sekolah dulu, pernah diajarkan bahwa km persegi merupakan satuan luas, bukan satuan panjang. Sedikit penasaran dengan hal ini, maka saya mencoba menelusuri dan membaca teks sambutan Menkominfo tersebut, ternyata tidak ada kesalahan pada penulisan tahun 1928, namun penyebutan panjang garis pantai dalam satuan km persegi memang tertulis dalam naskah.
Screenshot Sambutan Menkominfo
Beberapa kekeliruan tersebut merupakan hal yang manusiawi, dan tugas kita untuk lebih banyak belajar dan lebih cermat dalam bekerja. Kita tentu tidak berharap hal demikian terjadi, tetapi sifat usil kita juga manusiawi yang mudah terpancing dengan sesuatu yang tidak lazim. Di negeri kita dengan banyak keanehan ini, kebiasaan salah yang berulang-ulang dapat mengubah citra kelaziman dalam benak kita. Seperti lazimnya kita menyaksikan orang membuang sampah pada bukan tempatnya, maka saya berusaha tidak terpancing ketika pulang dari upacara peringatan Hari Kebangkitan Nasional di halaman Kantor Walikota Bontang, saya menyaksikan 'segerombolan' polisi naik truk dan melemparkan sampah bekas kemasan makanan dan minuman di jalanan.
Dengan tema peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-108 "Mengukir Makna Kebangkitan Nasional dengan Mewuiudkan Indonesia yang Bekerja Nyata, Mandiri dan Berkarakter", maka biarkanlah saya mengukir makna ini dengan memetik pesan 'Terbaliknya Sang Merah Putih' agar kita tidak terlena pada sesuatu yang berjalan sesuai seharusnya lalu bereaksi berlebih ketika sesuatu terjadi di luar kewajaran. Dengan insiden ini, kita seharusnya tersentak untuk secepatnya 'membalik' pikiran kita agar dapat melihat ketidakwajaran yang telah terformat menjadi kepantasan karena terbiasa kita lakukan.
 
;