Senin, Juni 08, 2009 0 komentar

Distribusi Raskin


Realisasi Pendistribusian Raskin di Kelurahan Bontang Lestari untuk bulan April, Mei,Juni. Setiap keluarga miskin mendapat jatah 15kg perbulan dengan harga Rp. 1.600 ,-/kg sehingga pendistribusian kali ini masing-masing mendapat 45kg dengan total harga Rp. 72.000,-
Minggu, Juni 07, 2009 0 komentar

Ketika Hukuman Mendominasi Pendidikan Anak

Perilaku anak yang sedang dalam proses mencari model pribadi harus dapat dipandu, bukan dikendalikan apalagi dipaksakan. Ketika dalam masa perkembangan dimana anak selalu ingin mencari tahu segala sesuatu dengan caranya sendiri, orang tua atau pendidik kadang tak sabar karena menganggap perilaku anak yang sering tak terkontrol merupakan bentuk 'kenakalan' yang harus dicegah.
Langkah langkah antisipatif yang diambil terhadap anak untuk mencegah perilakunya justeru dianggap sikap tak suka terhadap dirinya sehingga anak bisa mengambil sikap pasif atau sebaliknya menjadi hiperaktif dan melakukan perlawanan. Anak yang pasif cenderung bermalas-malasan dan yang aktif akan semakin bertingkah, dan kedua sikap ini membuat orang tua semakin kebingungan. Semakin keras sikap orang tua, semakin sikap anak susah dikendalikan. Jika sudah demikian orang tua biasanya akan mengambil jalan pintas dengan memberikan HUKUMAN kepada anak.
Ketika anak sudah terbiasa dengan hukuman, sikapnya semakin tak terkontrol dan orang tua juga semakin ringan tangan melayangkan 'pukulan'. Jika hal ini terjadi, sesungguhnya orientasi orang tua bukan lagi pendidikan, tetapi pelampiasan amarah yang tak tertahan. Orang tua kadang berkilah jika hal ini dilakukan demi kebaikan anaknya, tetapi mereka tidak sadar kalau justeru telah merusak masa depan anaknya. Orang tua seperti ini bahkan terkadang mencari-cari kesalahan anaknya sehingga kesalahan kecilpun akan dibesar-besarkan dan anak pun akan menganggap orang tua sebagai 'monster' menakutkan yang harus dilawan atau dijauhi.
Jumat, Juni 05, 2009 0 komentar

Liburan Idul Fitri


Saat liburan Idul Fitri 1429 H. di Palu, Sulawesi Tengah.
Kamis, Juni 04, 2009 0 komentar

Jalan Sehat Merdeka

Nailah Adhwa Atiqah
Dalam rangka memperingati HUT RI ke-63 tahun 2008 diadakan jalan Sehat Merdeka oleh TK ISLAM TERPADU BAITURRAHMAN
Rabu, Juni 03, 2009 0 komentar

Nailah Adhwa Atiqah


Jadi murid TK Islam Terpadu Baiturrahman, Atiqah kecil mulai mengenal dunia belajar formal. Atiqah yang mewarisi sedikit sifat kalem orang tuanya memang agak susah mengarahkannya. Di saat harus bicara ia kadang membungkam sejuta rahasia, tapi di lain waktu diharap diam malah bertingkah tanpa kendali. Semoga kau jadi anak shalihah, Atiqah. Amien yaa Rabbal Alamien.
0 komentar

KTP


M. Ihsan, S.STP.,Kasi Tata Pemerintahan (KTP) Kelurahan Bontang Lestari saat kerja bakti Jumat pagi terjebak dalam blitz kamera yang menghantam lehernya. Untung jenggotnya masih utuh.
0 komentar

TERORIS vs ZIONIST

TERORIS VS ZIONIS


Semuanya berteriak, tetapi dengan suara yang berbeda. Semuanya bereaksi, tetapi dengan cara yang berbeda. Dari teriakan dan aksi-aksi mereka disambut dengan tanggapan dan reaksi sesuai suara dan cara mereka.
Tetapi tahukah Anda, niat masing-masing yang tersembunyi di balik tirai hati mereka. Anda berhak menganggap mereka penjahat ataupun pahlawan. Kalau penjahat, Anda bisa menunjukkan siapa yang mereka zhalimi, kalau pahlawan pun, siapa yang dibela, Anda boleh menyebutnya.
Bom meledak,...................................”teroris !”
Rumah ibadah terbakar,.................................”teroris !”
Aksi bom bunuh diri,............................................”teroris !”
Fanatik pada suatu agama,...................................”teroris !”
Mengapa hanya satu kata itu yang terus berulang ? Mungkinkah modus dari semua aksi-aksi itu sama ataukah sumber pelakunya memang sama ? Hanya satu ? Tidak, tidak. Tidak akan kuteruskan pertanyaan yang tak butuh jawaban itu. Karena mungkin Anda akan menuduhku berpihak atau mendukung satu atau keseluruhan aksi-aksi mereka. Maaf, aku berburuk sangka seperti itu, tetapi dapatkah Anda menunjukkan sikap waspada yang lebih aman daripada kecurigaan yang intinya buruk sangka itu ?
Pernahkah Anda juga bertanya setidaknya di dalam hati : Siapa yang meneriakkan satu kata itu ? Anda mengerti kan, maksudku ? Okey, bertanya ataupun tidak, itu hak Anda. Untuk lebih aman, kita sama-sama diam. Dan marilah kita saksikan anak-anak dan wanita yang dibantai, diusir ataupun mengungsi dari tanah kelahirannya. Di sekitarnya berdesingan suara meriam, peluru-peluru kendali, roket-roket penghancur yang siap meluluh-lantakkan apa saja yang digapainya. Peluru-peluru itu tak punya mata, roket-roket itu tak punya hati. Tapi peluru dan roket itu tidak terbang dengan sendirinya, kawan....!
Baik, Anda katakana itu adalah sebagai bagian dari upaya memberantas para teroris. Ataupun tindakan untuk membela bangsa dan tanah air. Dan bolehlah Anda menyebut mereka pahlawan yang meminta tumbal darah dan air mata, anak-anak yang kehilangan orang tua, istri-istri yang menjadi janda, perumahan dan fasilitas publik yang rata dengan tanah.
Sekarang, marilah kita menarik nafas dalam-dalam untuk mensuplai oksigen ke otak kita. Selanjutnya dapatlah kita berfikir jernih sehingga dapat kita saksikan bercak-bercak yang tersisa di setiap alur kehidupan ini. Tenangkan hati untuk tidak terburu menilai, karena salah kita menilai, akan salah pula kita bersikap dan bertindak. Tang jelas, memilih jalan yang benar dan teguh memegang kebenaran “tidak sah” dikatakan teroris. Dan melenyapkan stigma “terorisme” sama sulitnya dengan melawan “zionis”. Siapa pun yang salah, jangan katakan “akulah yang paling benar”.
Bontang Lestari, 08 Agustus 2006
0 komentar

TERORIS CALON PENGHUNI SURGA

TERORIS CALON PENGHUNI SURGA

Heran aku melihat dunia...! Ketika kejahatan merajalela. Ketika kebejatan moral makin menggejala. Ketika rasa malu tak lagi ditempatkan sebagaimana mestinya. Muncullah pejuang-pejuang modern yang didukung kecanggihan teknologi informasi menggemakan suara-suara. Tapi bukan memberantas kejahatan, bukan menyelamatkan moral yang bejat dan bukan mengembalikan rasa malu pada tempatnya. Mereka malah sibuk memerangi orang-orang yang dianggapnya asing, aneh dan tak biasa di zaman modern ini.
Orang-orang yang dianggap asing dan aneh itu adalah mereka yang senantiasa penuh semangat menegakkan Islam dalam diri mereka dan selalu berjuang untuk menegakkan Islam secara keseluruhan di tengah masyarakat. Bagaimana tidak mereka dianggap aneh. Di saat pergaulan sedemikian bebasnya, mereka justru sibuk menjaga hijab. Di saat gaya busana sedemikian modernnya mengikut era digital yang serba praktis dengan perangkat-perangkat kecil (min) dapat mengendalikan pesawat atau alat- alat raksasa, maka pakaian juga diperkecil dan sudah dianggap mampu menutupi rasa malu. Tetapi orang-orang aneh itu justru mengibarkan pakaian panjangnya sehingga terkadang yang tampak hanya sebelah matanya.
Orang-orang asing dan aneh itu kemudian disebutnya muslim fundamentalis, militan dan yang paling kejam adalah mereka disebut teroris. Mereka disebut teroris karena dianggap berbahaya yang dapat menghancurkan tatanan dunia modern. Lebih tragis lagi, ketika saudara-saudara mereka sesama muslim ikut mengutuk, memerangi dan juga menyebut mereka teroris. Jadilah mereka bulan-bulanan modernitas dalam perangkap jaring teknologi informasi yang menebar fitnah dengan tangan-tangan “ghaib”nya.
Selanjutnya bagi kita yang belum mengambil posisi dan sikap di antara mereka, kemanakah kita akan berpijak ? Dengan mata apakah kita akan menatap dan dengan kerangka pikir apa kita akan menelaah dan menganalisis situasi yang penuh ranjau dan jebakan ini ? Akankah kita membela satu kelompok lalu mengutuk dan memerangi kelompok lainnya ? Siapakah yang akan kita bela dan siapa yang akan kita perangi ?
Sebelum kita jauh melangkah, marilah kita teguhkan pendirian kita di atas prinsip-prinsip yang benar dengan dasar yang fundamental. Kita abaikan dulu stigma fundamentalis yang terlanjur miring cetakannya dalam kamus modernitas. Bagaimanapun juga, hal ini kita perlukan agar tidak ikut terjaring dalam “Fitnah Teknologi Informasi” dengan perangkap-perangkap halusnya. Lalu di manakah akan kita dapatkan prinsip yang benar dan dasarnya yang fundamental itu ? Di sini tidak banya kesulitan yang dihadapi manakala manusia menyadari asal kejadiannya.
Kita tidak dapat mengelak dari kenyataan bahwa, manusia yang gagap teknologi adalah ciptaan Allah dan manusia yang melek teknologi juga ciptaan Allah. Manusia yang berotak udang adalah ciptaan Allah dan yang berotak cemerlang juga ciptaan Allah. Nah, manusia yang dikatakan berotak cemerlang itu kemudian mampu melahirkan rekayasa informasi yang pelik dimana tak mampu dibaca oleh yang berotak udang. Tapi mampukah ”Si Otak Cemerlang” itu merekayasa informasi sedemikian canggihnya sehingga Allah Yang Maha Pencipta tak mampu membacanya ? Dimana otak cemerlang –kebanggaannya- tidak ada artinya dibandingkan dengan Kemahakuasaan-Nya dan Keluasan Ilmu-Nya. Ciptaan siapakah otak cemerlang itu ?
Baik, di sini si otak udang dan si otak cemerlang akan sama sepakat jawabannya, kecuali bagi mereka yang munafiq dan mengingkari kenyataan yang telah diakui oleh hatinya. Setelah kita sadari bahwa semua yang ada berasal dari-Nya, maka pijakan kita, prinsip kita dan dasar kita untuk melangkah tak ada pilihan lain kecuali harus bersumber dari-Nya. Dan Dia lah yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus dimana rambu-rambunya telah digambarkan dalam kitab-Nya dan kita atelah dituntun untuk melaluinya dengan dipandu oleh utusan-Nya, Rasulullah Muhammad SAW. Jadi dasar kita adalah pengakuan bahwa tak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya. Dari sini kita menemukan prinsip bahwa tatanan dunia harus dibangun atas tegaknya hukum Allah sebagaimana telah dicontohkanb oleh Rasulullah Muhammad SAW.
Sekarang posisi kita semakin jelas, bahwa kita dengan dorongan fitrah hendak menegakkan hukum Allah sebagai konsekuensi penciptaan atas ciptaan-Nya. Menghadapi situasi kehidupan dimana terdapat banyak penyimpangan dalam faktanya dari yang semestinya, maka tugas kita yang telah mengambil posisi sebagaimana di atas adalah menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar. Itualah tugas sepanjang hayat kita yang tak pernah kenal jeda dan istirahat. Itulah jihad yang menjadi kewajiban bafi setiap hamba Allah dan merupakan jalan lurus (shirathal mustaqiem) untuk menuju pada-Nya.
Selanjutnya kita beralih ke pejuang-pejuang modern dengan dukungan kecanggihan teknologi informasinya. Senjata anadalan mereka adalah HAM (Hak Azasi Manusia) dan musuh utama mereka adalah teroris. Ciri-ciri mereka adalah serba praktis, instan dan pragmatis. Pakaiannya praktis karena mudah dipasang, mudah dicuci dan hemat tempat karena tipis dan pendek. Kehidupannya instan karena untuk mendapatkan keturunan tak perlu repot berurusan dengan ‘penghulu’. Serta pragmatis karena kehidupan dianggap tempat mencari kesenangan, memanfaatkan segala kesempatan untuk memuaskan kehendak nafsu.
Di balik tirai modernitas dan tameng HAM “pejuang-pejuang” ini mengkampanyekan kehidupan yang permisif tetapi di sisi lain menentang keras orang-orang yang melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar. Terutama kepada kelompok-kelompok tertentu yang menggunakan segala kekuatan untuk melakukan nahi munkar dengan cara memberantas perjuadian dan prostitusi serta tempat maksiat lainnya, ini dianggap sebagai pelanggar-pelanggar HAM karena tidak memberikan kebebasan orang untuk melegalkan prostitusi, meresmikan perjudian dan menghalalkan perbuatan maksiat.
Dengan kecanggihan teknologi informasi yang diintegrasikan dengan kelicikan, mereka berhasil menutupi kebejatan kaum zionis yang menindas, membunuh serta memperkosa wanita-wanita muslimah, tetapi sebaliknya bagi para mujahidin yang rela mati demi kehormatannya, tanah airnya dan terutama aqidahnya diangkat dalam berita sebagai pelanggar-pelanggar HAM dan teroris. Ketika para mujahidin ini mendapat supply persenjataan dari negara tertentu, mereka mengutuk negara tersebut sebagai negara pendukung teroris, walaupun mereka sendiri yang lebih dahulu memberikan dukungan kepada musuh-musuh Islam sambil bersorak dengan bangga. Ketika syariat Islam hendak ditegakkan di suatu negeri, mereka mati-matian menentangnya dengan alasan akan menjadi cikal-bakal pelanggaran HAM di mata mereka. Negara Islam yang memiliki kemapanan teknologi terutama persenjataan akan difitnah dengan tuduhan akan mengancam perdamaian dunia. Sementara jauh sebelumnya “mereka” telah melakukan genocide (pemusnahan ras), perbudakan terhadap suku-suku tertentu yang mereka anggap sebagai makhluk setengah manusia dan mereka menyebut dirinya sebagai makhluk setengah malaikat.
Inilah sebagian kecil dari gambaran pejuang-pejuang modern itu dengan slogan-slogan HAM dalam persepsi mereka sendiri. Penguasa-penguasa negeri tak kuasa membendung aksi-aksi mereka karena mereka di-back up kekuatan besar negara-negara tertentu. Sesuatu yang salah dalam pandangan kita dapat menjadi benar bila mereka menyuarakannya dan akan dipercaya oleh yang mendengarnya. Inilah fitnah besar zaman kini dimana kebenaran bergaung lemah sementara kebatilan mengalun syahdu dengan suara yang mendayu-dayu.
Dan siapakah orang-orang asing dan aneh itu ? Yang fundamentalis, militan dan teroris ? Kita akan mencoba menelusuri makna katanya dan alasan peristilahannya. Fundamental mengandung makna sesuatu yang bersifat mendasar dimana segala sesuatu harus mengacu padanya. Islam dapat dianggap sebagai suatu ideologi yang harus mendasari setiap gerak hidup manusia, tetapi dalam kenyataannya banyak sistem di dalamnya yang belum diterapkan bahkan dilanggar. Ummat Islam yang menyadari hal ini kemudian melakukan upaya sungguh-sungguh yang dikenal dengan istilah jihad untuk menegakkan sistem Islam secara keseluruhan (kaffah) dalam kehidupan. Jika Islam dianggap sebagai sesuatu yang mendasar (fundamental), mungkin dari sini awal istilah fundamentalis ditujukan kepada sekelompok masyarakat muslim yang selalu gigih memperjuangkan tegaknya syariat Islam. Walaupun sesungguhnya istilah fundamentalis sangat tidak tepat sasaran ditujukan kepada para mujahid tersebut karena sebagaimana dijelaskan dalam kamus Oxford bahwa “fundamentalism” adalah : “maintenance of the literal interpretation of the traditional beliefs of the Christian religion.” dan “fundamentalist” adalah : “supporter of fundamentalism.” Jadi istilah fundamentalisme atau fundamentalis itu lebih tepat ditujukan kepada kaum Kristen traditional yang ingin mempertahankan kepercayaannya dari pengaruh modernisasi.
Kemudian istilah militan mengandung makna kesiapan untuk menggunakan segala kekuatan demi tercapainya suatu tujuan. Karena pentingnya tujuan yang dimaksud, maka dalam melakukan aksinya kadang melakukan tekanan atau paksaan. Tekanan atau paksaan yang dilakukan dapat berwujud tindakan keras yang menimbulkan ketakutan di tengah masyarakat. Tindakan semacam inilah yang disebut teror, sehingga kelompok militan kini lebih dikenal dengan istilah teroris.
Kini ketiga istilah tersebut –di samping istilah miring lainnya- telah menyatu pada gelar yang disandangkan secara tidak resmi kepada kelompok-kelompok yang telah dijelaskan di atas yang di awal tulisan ini disebut orang asing dan aneh. Tetapi kita tidak akan serta-merta ikut menjustifikasi istilah ini sebelum mengenal mereka lebih jauh. Tulisan ini tidak untuk memperkenalkan siapa sebenarnya mereka, tetapi sekali lagi, hanya mengajak kita untuk senantiasa berhati-hati menerima informasi sebagaimana dipesankan oleh ajaran Islam untuk menyelidiki setiap informasi yang sampai kepada kita. Perlu diwaspadai bahwa tindakan-tindakan teror yang kerap terjadi belum tentu dilakukan oleh kaum muslimin karena musuh-musuh Islam terlalu licik dan lihai memainkan informasi. Penguasaan mereka terhadap media telah mencoreng muka seluruh kaum muslimin tanpa kecuali. Boleh jadi di belakang tindakan teror yang muncul ke permukaan dilakukan oleh umat Islam, tetapi sesungguhnya merekalah –musuh-musuh Islam- yang merekayasa situasi untuk menjebak umat Islam.
Hal lain yang perlu diingat juga, bahwa tidak semua sepak terjang kaum muslimin yang selama ini dianggap teror adalah teror yang sesungguhnya. Karena musuh yang tak bermoral akan selalu menganggap salah semua tindakan musuhnya. Contoh sederhana bahwa keinginan umat Islam untuk menegakkan syariat dalam sistem sosial akan dianggap makar oleh mereka yang dalam hatinya selalu menyimpan rasa benci terhadap Islam. Maka hendaknya kita selalu berhati-hati dan mengembalikan sepenuhnya hukum itu kepada Allah karena hanya Allah lah yang berhak menetapkan yang haq dan yang bathil.
0 komentar

Nyantai Aja


Di pantai Lhoktuan
0 komentar

Kerja Bakti


Jumat pagi mesti segar. Kerja tanpa berbaju nampaknya lebih menyegarkan biar bau gak lengket. Tapi...... menyebar ke mana-mana. Maaf yaa atas aroma ini....
0 komentar

Kerja Bakti


Kerja bakti yang dilaksanakan setiap Jumat pagi di Kantor Kelurahan Bontang Lestari, Kec. Bontang Selatan, Kota Bontang. Tampak Pak Amhar sedang memotong rumput dengan mesin andalannya. Ck ck ck....!
 
;